oleh:
bung dayat mbojo
Bangsa
kita adalah bangsa yang sudah dinina bobokan, dengan berita publick dan drama
sinetron maupun sejenisnya seperti gossip, talk show yang tidak mendidik.
perkembangan media elektronik sangat pesat diera modernis sekarang, informasi
mengenai kejadian-kejadian seputar bangsa kita maupun berita internasional
dikemas sedemikian rupa sehingga kita tertarik untuk menontonya. Nilai sebuah
program televisi kini diukur, dengan banyaknya sponsor pendukung program yang
mereka garap, tampa mempertimbangkan lagi nilai positife yang didapatkan oleh
penikmat media. Tak sadar kita dibuat kagum dengan kebohongan-kebohongan yang
mereka tuangkan, media didesain semenarik mungkin dengan mengundang para
penonton studio yang banyak sehingga para penikmat rumahan menganggap bahwa,
acara ini sangat diminati oleh masyarakat luas, tetapi penulis mencoba ingin
membongkar atau menguraikan dibalik tirai program televisi yang sebenarnya
program mereka hanyalah bualan-bualan cerita manis yang bebas nilai. Ini semua
pola bagaimana generasi muda didesain untuk menjadi generasi bobokan seperti
yang pernah di bahasakan oleh andy noya
dalam talk shownya disalah satu media yang dia pandu bahwasanya, program
televise hari ini, memberikan suntikan pemahaman yang mengawang-awang sebab
acara dari pagi sampai subuh kebanyakan acara sinetron dan talk show yang mirip
dengan perjudian menawarkan hadiah jutaan rupiah kepada penontonnya, apa
bedanya seperti orang bermain togel dalam satu malam bisa membuat mereka kaya
dengan hadiah-hadiahnya.
Didesaku
diujungnya kabupaten bima dibagian timur, yang dulunya masih teringat betul
dibenakku bahwa, selesai sholat magrib aku dan teman-teman sebayaku sangat
antusias, untuk melaksanakan rutinitas wajib, yaitu mengunjungi rumah guru
mengaji untuk melaksanakan pembelajaran alqur’an. Disinilah budaya-budaya yang
dianggap oleh generasi medernis sekarang dengan sebutan kegiatan kampungan,
dengan kegiataan keagamaan yang kami lakukan dulu, jarang sekali kasus yang
kutemui seperti anak nikah dibawah umur, bentrokan antar pemuda, pengrusakan
rumah, penghakiman sendiri, pemerkosaan, gengk motor dan banyak lagi kasus-kasus
lain yang kesemuanya diperankan oleh generasi muda bangsa ini. Apa yang terjadi
jika kejadian seperti ini terus mengulang, maka nantinya jangan heran bahwa
identitas generasi kita dicap sebagai generasi telanjang identitas, seperti
pada tulisan singkat saya yang kuuraikan bulan lalu, pengharapan sederhana
penulis jangan sampai karna pola media yang menayangkan acara-acara murahan
yang menarik untuk generasi kita, kemudian dicuci dan diarahkan pemikiranya ke
hal-hal yang berbau kriminalitas dan mengedepankan alam romantisme semata.
Keberlanjutan
permediaan diindonesia perlu adanya perubahan dan perombakan secara menyeleruh,
agar setiap program yang dihasilkan berdampak positif bagi semua lapisan
masyarakat indonesia, terutama pada generasi bangsanya. Ini semua adalah bahan
refleksi mentah yang saya uraikan, berdasarkan perenungan yang penulis renungi.
Kuharap citra media yang suadah banyak memberikan dampak negative bagi
kehidupan kita, mudah-mudahan media kedepannya bisa menghadirkan acara-acara
atau sajian yang mengedepankan nilai positif yang dapat, berdampak langsung
pada kemajuan bangsa ditinjau dari konsumen media yang
ada………………..,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,