Oleh: bung dayat
mbojo
Keriput wajah mu mengalirkan
seduh dipelepah pipi manisku, urai rambut panjangmu yang beruban menandakan
dirimu, dulu adalah bunga desa yang mekar, kini semua berubah seiring
berjalannya waktu dan usiamu. Kau ditakdirkan sebagai seorang malaikat tak
bersayap yang melindungi kami dengan pelukan manis perjuanganmu ibu, yang mampu
menghangatkan dikala kami merasa sedih dan mampu memberikan warna hidup dikala
kami merasa pasrah, menghadapi kehidupan yang penuh dengan cobaan ini. Tetuah
mu terus engkau ingatkan kepada anak-anakmu sebagai lampu penerang dalam kaki
dan mata kami berpijak dibumi yang penuh dengan tabir kegelapan, yang menyimpan
kesamar-samaran tekateki yang dibingkai dalam cerita kedamaian, padahal jika
kita membuka mata hati banyak misteri yang penuh dengan kepalsuan.
Sandaranmu kini tak lagi
kunikmati seperti masa kecilku dulu, hangat pundak dan belaian mu semuanya
tinggal bingkai cerita masa kecil yang menyenangkan. Waktu dan ruang telah
memisahkan kita sementara waktu tapi ingatlah ibu, anakmu disini berpijak
ditanah rantauan kota daeng selalu merindukan, omelan manismu yang kadang kala
pribadi liarku sedikit menyimpan kemarahan dan kejengkelan, disinilah aku tau
diri bahwa sebenarnya apa yang kau ajarkan adalah suatu hal yang sangat
berharga, yang tak mampu aku dapatkan dalam perjalanku dikota rantauan ini.
Tetesan keringatmu disana adalah spirit perjuanganku sini, dikala jiwa dan
ragaku terpuruk juga pasrah dala meniti hidup ini kaupun hadir lewat suara dan
tetuah tampa menuntut lebih dari hasil perjuangan mu yang sekarang dengan
sombongnya aku nikmati.
Air mata perjuangan mu, kini
mengalir deras dan menjelma membentuk karakter perjuangku menggebu , dikala aku
melihat masih banyaknya orang-orang yang meniti harapan besar pada penguasa
hari ini namun, apalah daya semua janji-janji manis mereka sewaktu pemilu kini
hanyalah slogan-slogan yang penuh dengan onani belakang. Tapi ingatlah satu
pesan dari kami wahai penguasa yang berwatak pengisap, kami dilahirkan dari
rahim petani, nelayan dan buru kasar lain , kami datang mengabdikan diri demi
sebuah ikrar pada pendiri bangsa ini, bahwa kemerdekaan bukan hanya disuarakan
dikantor-kantor mewah dan dinikmati oleh sebagian kepala manusia saja, tetapi
roh kemerdekaan adalah hak semua kepala yang meniti hidup di ibu pertiwi ini,
anak negeri dinegeri ini masih banyak yang tidak menikmati hasil perjuanga para
leluhur, tetapi kenapa engkau dengan sombongnya mengeluarkan
kebijakan-kebijakan yang pro terhadap para pemilik modal asing.
Sadarlah wahai kawan-kawanku kita
hidup atas dasar tetesan air mata dan keringat perjuang rahim buruh, apakah
kita selalu menutup mata karna pa yang semua kita nikmati sudah terpenuhi
sehingga membentuk karakter yang apatis. Tidak kawanku, karna kupikir ini
bukanlah tolak ukur untuk melupan napas perjuangan, karna jika kita menengok
kebelakang perjuangan para leluhur kita dalam meraih kemerdekaan dihadapkan
dengan meriam dan timah-timah panas kaum penjajah, kurasa hari ini kurasa kita
di untungkan UU dinegeri kita memberiakan jalan kepada semua masyarakat di
indonesia untuk meneriakan setiap kejanggalan yang ada ditingkatan regulasi
penguasa. Apalagi yang kita tunggu apakah menunggu dulu negeri mu dikencingi
atau kau menunggu dulu rakyatmu mejadi arang-arang hitam yang dibakar diatas
hasil alam untuk dsinikmati oleh bangsa-bangsa biadap yang berwatakkan
penjajah.
Restu air mata perjuanganmu
adalah risalah langkah dan teriakan dalam massa aksi menyeruakan kemerdekaan, tampa lagi dikekang
oleh regulasi yang tidak pro terhadap rakyat miskin juga tertindas, sadarlah
para irlander-irlander negeri ini kau dilahirkan di inu pertiwi yang mencintai
kemakmuran juga kedamaian. Kenapa engkau bak seperti para penjajah bermata
sipit juga seperti si hidung merah. Kau juga adalah generasi yang diharapkan
untuk memperbaiki tatanan negeri ini namun apalah daya, kau dilupakan dengan
kesenangan materi yang diberikan oleh para pemodal asing, kuyakin dalam hati
kecil kalian pasti menyimpan kesedihan dikala orang yang berkulit eksotis
indonesia mengeluarakan keringat darah diegeri ini padahal kita adalah bangsa
yang kaya akan sumber daya alam. Sadarlah para penguasa yang bersifat irlander
negeri ini menunggu uluran tangan dingin kalian sudah terlalu lama tangisan
penghuni pertiwi ini meneteskan air mata.
Marilah kawan-kawanku semua,
satukan barisan dalam membentuk benteng perjuangan yang kokoh, guna kembalikan roh kemerdekaan yang kita
cita-citakan secara bersama. Restu air mata perjuangan telah kita dapatkan,
tinggal kita perkuat konsep dan wilayah gerakan insaAllah kemerdekaan bisa kita
raih. Kunci dalam perjuangan kita harus kedepankan asas kerakyatan yang bervisi
kemerdekaan itu adalah modal dalam perjuangan kawan-kawanku.
Salam
panjang umur pergerakannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn.