Oleh:
Bung Dayat Mbojo
Diujung negeri sana,
berdiri tegak dan gagah seorang Sampela Dana Mbojo ( Pemuda Bima ) bernama La
Mone yang terlahir dari keluarga miskin ayahnya seorang petani dan ibunya
seorang pedagang sayur biasa, rutinitasnya setiap hari hanya membantu ayah dan
ibunya disawah, komitmen hidupnya lahir dari filosofi Kedaerahanya Maja Labo
Dahu Sura Dou Labo Dana, pemaknaannya kata ini bagi Sampela Dana Mbojo ( Pemuda
Bima ) adalah acuan hidup ditanah kelahiran juga ditanah rantauan, raut wajah
yang tegas mencirikan kepribadian kePemudaan yang bersahaja, La Mone nama kecilnya yang diberikan oleh musafir
dana Tambora yang menurut cerita orang tuanya dulu, sebelum La Mone lahir ada
seorang bapak tua penjual kopi khas tanah Tambora yang menumpang dirumah ina ra
ama La Mone ( Orang Tua La Mone ) dia berpesan pada kedua orang tua La Mone,
jika anak yang engkau kandung sekarang lahir jika laki-laki kau kasih nama La
Mone karena nama ini adalah mencirikan dia terlahir ditanah mambari tanah yang
penuh dengan nilai filosofi Kedaerahan, kelak nantinya jika dia menanyakan pada
kalian, kenapa nama saya sangat berbeda dengan teman sebaya ku, kalian harus
memberikan pahaman pada dia nama ini adalah mencirikan kepribadian diri dan
tanah kelahiran makanya kenapa namamu La Mone berarti kamu mencirikan sampela
mbojo ( Pemuda Bima ) yang gagah yang menjujung tinggi nilai kearifan local
budaya tanah Bima yang dihargai dan dihormati oleh siapapun yang menjumpaimu
nantinya, nama khas La Mone sering dulu diberikan pada anak laki-laki dengan
tujuan bahwa dia kelak menjadi pribadi yang tangguh, bijaksana dan pemimpin.
La
Mone tumbuh menjadi Sampela Dana Mbojo ( Pemuda Bima ) yang gagah, bijaksana
dan bersahaja, keseharianya dia mampu menampilkan sesuatu yang lebih pada orang
lain, pada setiap kegiatan Kampo Ra Mporo ( Kegiatan Masyarakat ) selalu
melibatkan diri. Masyarakat sekitar sangat membanggakan La Mone karena dialah
satu-satunaya dari ribuan sampela ( Pemuda ) yang masih sadar kana budaya
gotong royong yang menjadi symbol khas Kedaerahan, saat ini jarang dijumpai
diera modernis sekarang Pemuda masih mempedulikan persoalan Kampo Ra Mporo ( Kegiatan
Masyarakat ) mereka selalu disibukkan dengan pergaulan kebarat-baratan sehingga
berefek pada perubahan tatanan kehidupan bersosial.
La Mone juga hadir sebagai warna di
deretan shaf di mushallah di ujung jalan
berlubang nan gelap disana, maklum anggaran desa masih belum mampu memperbaiki
dan memberikan penerangan jalan dalam aktifitas peribadahan di mushallah, Pemuda
ini selalu bercerita gurau dengan para ompu ra ama ma waura tua ( kakek/bapak
tua ), banyak cerita La Mone lewatkan bersama mereka mulai cerita tentang
bagaimana kisah perjuangan rakyat Bima dalam menghadapi para penjajah juga
kehidupan bermasyarakat dalam keseharian. Mungkin hematku kenapa Pemuda ini
berbeda dengan teman sebanya karena penanaman nilai kearifan lokal yang
ditanamkan oleh orang tua dan sering mendengarkan nasehat juga cerita para
tetuah dana ra rasa ( tetuah tanah kelahiran )
menjadikan dia sosok Pemuda yang gagah, bijaksana dan berjiwa pemimpin
yang menjadi identitas kederiannya sebagai sampela dana mojo ( Pemuda Bima )
seperti apa yang di ramalkan oleh kakek tua penjual kopi Tambora yang singgah
dirumahnya dimasa dulu.
Cerita singkat tentang La Mone
memberikan gambaran kepada penulis pribadi, bahwasanya penanaman nilai
kepribadian pada generasi bukan hanya diberikan pada saat mereka masuk dalam
pendidikan formal saja, tetapi dengan hal yang kecil ini saja mampu memberikan
dampak yang besar, berawal dari sebuah nama filosofis keBimaan yang khas mampu
menanamkan nilai penghargaan bagi La Mone, tidak selamanya nama yang kampungan
tidak dapat berefek yang baik. Sekarang penulis dengar cerita La Mone sudah
menjadi seorang pemimpin didaerah pelosok di Bima setelah menempuh pendidikan
formal ditanah daeng. Sifat rendah diri dan bijaksanaannya tidak pernah hilang
dalam kepribadian dirinya, makanya hematnya penulis, jangan takut memberikan
nama dengan pemaknaan Kedaerahan yang khass karena secara tidak langsung
kepribadian terbentuk atas dasar nilai kedirian dan penanaman nilai kearifan
local Kedaerahan.
Cerita kecil ini diharapkan mampu
membuka paradikma berpikir khusus kepada para rang tua dan pendidik agar dalam
keseharian mampu menanamkan nilai kearifan pada generasi agar keberlanjutan
tradisi tetap tejaga sehingga nantinya kita bisa mendengar bahwa Sampela Dana
Mbojo ( Pemuda Bima ) sangat menjunjung tinggi nilai kearifan local ditengan bekembangnya
arus globalisasi yang bebas akan nilai ini.
Tulisan ini didedikasikan kepada
Penulis pribadi, juga pengharapan yang amat besar juga pada seluruh sampela
mbojo ma mone ra ma siwe ( Pemuda-Pemudi Bima ) agar kiranya, tetap menjunjung
tinggi nilai kearifan local dengan segala filosofi Kedaerahan yang kental. Dana
mbojo ndai dana mambari ra manggini ( tanah Bima tanah keramat dan subur ) maka
dari itu pelestarian kebudayaan adalah
identitas sebagai Pemuda yang lahir ditanah mbojo ( Bima ).
Salam Hangat Dari Penulis Diujung
Aspal Kota Daeng ( Makassar )