Minggu, 28 Februari 2016

Propaganda media menyesatkan generasi bangsa


oleh: bung dayat mbojo
Bangsa kita adalah bangsa yang sudah dinina bobokan, dengan berita publick dan drama sinetron maupun sejenisnya seperti gossip, talk show yang tidak mendidik. perkembangan media elektronik sangat pesat diera modernis sekarang, informasi mengenai kejadian-kejadian seputar bangsa kita maupun berita internasional dikemas sedemikian rupa sehingga kita tertarik untuk menontonya. Nilai sebuah program televisi kini diukur, dengan banyaknya sponsor pendukung program yang mereka garap, tampa mempertimbangkan lagi nilai positife yang didapatkan oleh penikmat media. Tak sadar kita dibuat kagum dengan kebohongan-kebohongan yang mereka tuangkan, media didesain semenarik mungkin dengan mengundang para penonton studio yang banyak sehingga para penikmat rumahan menganggap bahwa, acara ini sangat diminati oleh masyarakat luas, tetapi penulis mencoba ingin membongkar atau menguraikan dibalik tirai program televisi yang sebenarnya program mereka hanyalah bualan-bualan cerita manis yang bebas nilai. Ini semua pola bagaimana generasi muda didesain untuk menjadi generasi bobokan seperti yang pernah di bahasakan oleh andy noya dalam talk shownya disalah satu media yang dia pandu bahwasanya, program televise hari ini, memberikan suntikan pemahaman yang mengawang-awang sebab acara dari pagi sampai subuh kebanyakan acara sinetron dan talk show yang mirip dengan perjudian menawarkan hadiah jutaan rupiah kepada penontonnya, apa bedanya seperti orang bermain togel dalam satu malam bisa membuat mereka kaya dengan hadiah-hadiahnya.
Didesaku diujungnya kabupaten bima dibagian timur, yang dulunya masih teringat betul dibenakku bahwa, selesai sholat magrib aku dan teman-teman sebayaku sangat antusias, untuk melaksanakan rutinitas wajib, yaitu mengunjungi rumah guru mengaji untuk melaksanakan pembelajaran alqur’an. Disinilah budaya-budaya yang dianggap oleh generasi medernis sekarang dengan sebutan kegiatan kampungan, dengan kegiataan keagamaan yang kami lakukan dulu, jarang sekali kasus yang kutemui seperti anak nikah dibawah umur, bentrokan antar pemuda, pengrusakan rumah, penghakiman sendiri, pemerkosaan, gengk motor dan banyak lagi kasus-kasus lain yang kesemuanya diperankan oleh generasi muda bangsa ini. Apa yang terjadi jika kejadian seperti ini terus mengulang, maka nantinya jangan heran bahwa identitas generasi kita dicap sebagai generasi telanjang identitas, seperti pada tulisan singkat saya yang kuuraikan bulan lalu, pengharapan sederhana penulis jangan sampai karna pola media yang menayangkan acara-acara murahan yang menarik untuk generasi kita, kemudian dicuci dan diarahkan pemikiranya ke hal-hal yang berbau kriminalitas dan mengedepankan alam romantisme semata.

Keberlanjutan permediaan diindonesia perlu adanya perubahan dan perombakan secara menyeleruh, agar setiap program yang dihasilkan berdampak positif bagi semua lapisan masyarakat indonesia, terutama pada generasi bangsanya. Ini semua adalah bahan refleksi mentah yang saya uraikan, berdasarkan perenungan yang penulis renungi. Kuharap citra media yang suadah banyak memberikan dampak negative bagi kehidupan kita, mudah-mudahan media kedepannya bisa menghadirkan acara-acara atau sajian yang mengedepankan nilai positif yang dapat, berdampak langsung pada kemajuan bangsa ditinjau dari konsumen media yang ada………………..,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

1 komentar:

  1. teori yang bisa dipakai untuk menganalisa media supaya analisisnya lebih mendalam diantaranya:
    1. simulacra, Jeand Baudrilla
    2. teori dramaturgi
    3. Analisis farming.

    BalasHapus