Sabtu, 07 November 2015

Gadis Bugis


                                                      Oleh: Bung Dayat Mbojo
Lentikan sayu matamu menghantui diriku akan takut kehilanganmu gadis bugisku, Suara gelombang Pantai Losari berdesus keras mengisaratkan bahwa dirimu patut untuk ku perjuangkan, Semangat dan harapanku semoga hari esok kau hadir dihadapanku dengan senyum ramahmu dan memintaku untuk tetap setia meskipun kita dilahirkan ditanah dan tradisi budaya yang berbeda, ucapanmu semakin menyakinkanku bahwa kau tecipta bukan atas dasar kekagumanmu terhadap pribadi sederhanaku tetapi kau tercipta atas dasar cinta dan kepengertianmu, kau memintaku untuk mendaki gunung Bawakaraeng sampai kepuncaknya,  sebagai bentuk bahwa diriku benar-benar kau perjuangakan bukan hanya sebatas untaian kata yang tak bermakna, kujawab jangankan gunung bawakaraeng yang tak pernah mengeluarkan asap yang mempengaruhi iklim dunia selama 2 tahun berturut-turut sehingga tidak ada sebercak cahaya fajarpun menampakan kehangatanya, sehingga mengakibatkan penghabatan dalam segala aktifitas manusia, Gunung Tamborapun akan saya sebrangi sewalaupun diriku tersisih oleh belantara savanna yang tak berujung asalkan kau bersama dengan manisku.
Pagi indahpun datang dengan pancaran fajar menggugurkan embun-embun dibercak rerumputan hiaju tak bersuara, keindahan pagipun berlanjut dengan Kicauan indah sepasang burung merpati diatas dahang pohon jati berbagi suka dan tawa dalam menebarkan cinta kasih diantara mereka. Ini semua mengisaratkan bahwa cinta tidak harus memiliki kesamaan dalam semua dimensi latar belakang karna cinta hadir untuk menyatukan segala bentuk perbedaan, lihatlah gadis bugisku cerita indah telah kita lewati dan monerahkan decak kagum bagi mata manusia yang melihatnya karna kita mampu menghadirakan keharmonisan ditengah keberagaman.

Tidak terasa kita sudah sejauh ini melangkah tampa henti dengan pengharapan suatu saat kita akan disatukan dalam balutan tradisi keberagaman hasil dari pada kombinasi budaya tetuah kita, cerita manis kita akan menjadi sebuah kesaksian Alam Raya pada Tuhan bahwa anak cucu adam adalah mahluk yang meyakini kesamaan cinta ditengah segala perbedaan, kesaksian alam inilah sebagai bentuk penyantuan antara kau dan aku, keyakinan cinta kau dan aku mengalahkan keyakinan ku pada Tuhan penciptaku karna pancaran manifestasi penciptanya ada pada bola mata sayumu sehingga keraguanku akan zat-zat ketuhanya selama ini terjawab dalam satiap senyum lepasmu tampa ada kebohongan yang tersirat.
Tangan ku bergetar dikala jemari ku melukiskan kesetiaanmu dalam  bingkai kalimat yang mungkin terlalu sederhana ku gambarkan lewat kata-kata sederhana ku, pikiran ku pun menggebu jikalau bait ini tak ku goreskan, biarkanlah goresan sederhana ku ini menjadi cerita manis dikala dirimu lelah manghadapi ketidak dewasan ku terhadapmu, hembusan angin Pantai Bira pun akan cemburu melihat kau dan aku telah menjadi kita juga biarkan desiran air terjun Tangga Seribu memercikan hentakan air kecemburuan dikala kau dan aku menjadi satu dalam cerita manis kita.
Orang bugis terkenal dengan kesetiaan itulah sebabnya ku memilih kamu melewati hari-hariku ditanah rantauan ku, kuingin megukir cerita kita diatas ombak pantai tanjung bunga biarkanlah ombak dengan desiran gelombangnya membawa cerita indah ini sampai ke pantai lariti yang berpasir putih mengisaratkan seputih hati ikhlasku terhadapmu, dinginya suasana Malino dan Pegunungan Godo Bima tidaklah sedingin hati ini menghadapimu dikalah kau jenuh dengan ketidakpastian ku terhadapmu. Sungguh terlalu naïf diri ini jikalau dibenakmu masih ada mosi ketidak percayaan dan kesungguhanku terhadapmu kau terlalu baik untuk ku sia-siakan Gadis Bugisku yakinkan bahwa kau apantas untuk kuperjuangan dengan segala perbedaan yang ada.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar