Selasa, 03 November 2015

Suara Penaku


                                                           Oleh: Bung Dayat Mbojo
Diawal cerita tetang kegalauan menorehakan keresahan bathin yang mengakibatkan jiwa ini pada titik penentuan keresahan yang mendalam, hati ini terus kupertanyakan sehingga melahirkan tanda Tanya mengapa dan ada apa inilah cikal bakal diriku mempresentasikan sebuah tinta hitam yang memiliki sebuah pemaknaan berdasarkan dari beberapa perenungan dalam kamar kosong yang dibatasi oleh tembok sehingga panca indrapun terbatasi dalam dimensi keterbatasanku, mungkin ini nantinya akan memiliki nilai positif bagi para pembacanya, sedikit prihatin pula mengenai pribadi yang diri ini pula tidak mampu kunilai baik buruknya biarlah tinta ini yang akan bersaksi pada semua orang mengenai siapakah pribadi ini apakah diriku pantas disebut khalifah dimuka bumi atau betul apakah yang dipertanyakan mahluk ciptaan tuhan yang lain yang melontarkan sebuah argumentasi diluar nalar manusia bahkan ilmuan saat ini tidak dapat memprediksi secara langsung dengan jangka waktu yang sangat lama yaitu mengenai manusia hanya hadir dibumi sebagai mahluk yang menyusahkan penciptaan yang lain dan sebagai mahluk pengrusak dimuka bumi inipula terjadi sekarang banyak manusia tidak mampu menenpatkan dirinyaa sebagai pemimpin bagi dirinya dan orang lain, pada proses pengakuan diri inilah mendorong ku pribadi sebagai langkah awal diri  ini sadar akan tanggung jawab besar yang telah diberikan tuhan sekaligus sebuah kehormatan dirii ini sebagai manusia yang paling istimewah dari penciptaanya yang lain.
Jika tintaku ku ini bisa berteriak dan membentuk barisan kalimat perlawan terhadap segala persoalan dan dinamika hidup yang ada mungkin goresan inilah yang setia dalam garis perjuangan, miris melihat kaum muda hari ini lebih banyak menghabiskan waktu dalam alam kesenagan mereka lupa bahwa semua itu adalah manifestasi proses pengbungkaman yang nantinya berakumulasi menjadi sebuah watak apatisme, hedonisme dan yang parahnya lagi berwatak aportunis jika ini sudah ada pada setiap jiwa kaum muda yakin mentari esok yang biasanya memancarkan sinar kedamaian dan kesejahteraan untuk mahluk yang ada nanti akan menjadi sinar kemunafikan dan kejalimann akibat reaksi dari manusia-manusia yang tidak atau diri pengibaratan inilah adalah sebuah desakan keras jangan sampai alampun menghukum kita dengan segala perbuatan dan kemunafikan yang kita tebarkan seperti kita ketahui bersama bahwasan semua mahluk penciptaan tidak mempunyai hak untuk saling menghukumi melain sang penciptalah yang menghukumi setiap penciptanya itulah sebuah kodrat kehidupan yang harus kita maknai.
Seiring berjalanya waktu tak terasa kita telah mencapai pada sebuah masa yang tampa kita sadari telah memberikan sebuah kemudahan dalam setiap kebutuhan yang kita butuhkan dilain sisi pula ternyata dalam keadaan yang hingar binar ini juga menawarkan konsekuen yang sangat besar pula karna setiap kemudahan yang ditawarkan menghilangkan juga nilai yang bersifat individualistic diri pada pengakuan diri tadi seperti yang dijabarkan diatas juga sifat sosialistik yang harus dikedepankan karna kita dealah mahluk sosial yang memiliki rantai ketergantungan hidup, apakah sifat yang saya jabarkan diatas masih tertaman ataukah hanya sebuah kata identitas diri mahluk yang namanya manusia, hematku semoga kita hidup diera ini ini bukan sebuah kebenaran argumentasi dari kausalitas pertentangan sebelum penciptaan manusia dulunya.
Tangan liarku terus melaju diatas kertas putih kulajukan terus goresan tintaku sehingga pada waktunya nanti dimana tangan ini tidak mampu lagi bergerak dalam hitamnya coretan, kesaksian tulisan inilah yang akan memberikan semangat hidup dikala diriku menua, cukuplah aku yang mensia-siakan masa mudaku dengan keresahan dan kebungkaman sehingga ketidak mampuanku melawan diri ku yang sedang berada dalam cengkramanku pada wilayah pembahasaan diri kok aku ndak seperti mereka yang memiliki banyak hal kemampuan diri dan kecukupan yang bersifat material padahal itu semua bukan menjadi tolak ukur dia mengabdikan diri pada umatnya sehingga harapanku pada kawan-kawan muda ini adalah masanya kita dimana perelesasian diri ditunjukan untuk berbuat sesuatu yang bernuansa perjuangan dalam memperjuangkan hak-hak petani, nelayan, buruh pabrik juga kaum miskin kota lainya sehingga nantinya sejarah akan mencatat bahwa pelopor muda dimasa ini akan menjadi instrument dikala kau muda mengalami kegalauan seperti yang kita rasakan dalam jaman yang lebih tidak mengenal diri dan kelompok yang hanya mengenal keuntungan diri maupun kelompok yang memainkan lakon-lakon nantinya.

Kerisauanku sedikit terobati dikala coretan hitam ku dibaca dan direalisasikan oleh diriku pribadi dan kawan-kawan muda yang membaca, tulisan ku pula bukanlah suatu goresan hasutan atau profokasi melainkan memberikan semangat perjuangan untuk umat dan bangsa, disamping itupula juga menjadi bagian terbesar dalam suatu bahan bacaan yang bersifat penimbangan terhadap regulasi dan dinamika hidup yang ada, kupikir kalian adalah suatu mahluk yang memiliki pemaknaan yang cukup dari apa yang saya goreskan makanya dengan hadirnya bait-bait ini awal dari penyadaran diri sehingga nantinya tau diri kemudian bisa kita menempatkan diri agar kita punya nilai diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar